Abad Amerika Segera Tamat

21 Januari 2017
Sumber: www.theglobeandmail.com

Jika sekutu-sekutu Amerika butuh satu pengingat lain akan ancaman bos baru Washington terhadap tatanan internasional yang telah dibangun para pemimpin Amerika terdahulu, maka Presiden Donald Trump baru saja memberikannya. Nyaris setiap kata dalam pidato pelantikannya menggarisbawahi secara agresif pesan utama kampanyenya: Persetan kalian, dunia. Amerika Dulu.

Dalam narasi Tn. Trump, AS bukanlah pemimpin tatanan internasional pasca perang. Justru, ia adalah korban utama. Ide ini menggema kuat di antara banyak pemilih Amerika. Itulah kenapa tindakan pertamanya sebagai Presiden adalah menegaskannya kembali. Itulah kenapa dia akan menempuh Amerika Dulu (America First) selama empat tahun ke depan. Tn. Trump sudah memahami sesuatu yang mendalam tentang para pendukungnya dan ketakutan mereka. Janjinya untuk menguntungkan Amerika dengan menonjolkannya kepada setiap orang bukanlah alat retorika belaka.

“Kita yang berkumpul di sini hari ini sedang menerbitkan dekrit baru untuk didengar di setiap kota di setiap ibukota asing dan di setiap aula kekuasaan. Mulai hari ini sebuah visi baru akan memerintah negeri kita. Mulai hari ini Amerika dulu—Amerika dulu. Setiap keputusan dagang, pajak, imigrasi, dan urusan luar negeri, akan dibuat untuk menguntungkan pekerja Amerika dan keluarga Amerika. Kita harus lindungi perbatasan kita dari pengrusakan oleh negara-negara lain yang membuat produk kita, mencuri perusahaan kita, dan menghancurkan lapangan kerja kita. Proteksi akan membawa kepada kesejahteraan dan kekuatan.”

Jadi itulah agenda yang dihadapi NATO, Uni Eropa, Jepang, seluruh dunia demokratis—dan Kanada. AS telah menjadi pemimpin global selama 75 tahun. Ia selalu mengawasi kepentingannya, dan bahkan lebih. Tapi para pemimpinnya secara umum mengerti bahwa urusan internasional, termasuk perdagangan, tidak harus permainan menang-kalah (zero-sum game). Amerika menang, tidak berarti yang lain harus kalah. Dalam teori ekonomi, perdagangan bisa berupa hubungan menang-menang. Dalam teori Trump, rupanya tidak.

Free Trade Agreement antara Kanada dan AS bukanlah rencana Amerika untuk melucuti ekonomi Kanada. NAFTA bukanlah permufakatan untuk melumat tetangga-tetangga Amerika. World Trade Organization bukanlah skema untuk menguntungkan eksportir Amerika dengan mengorbankan seluruh dunia. Dan itulah keluhan utama Tn. Trump terhadap perjanjian-perjanjian dagang Amerika: tidak mendahulukan Amerika.

Pasca Perang Dunia II, AS sempat mempertimbangkan menjaga perdamaian dengan menjadikan Jerman dan Jepang sebagai masyarakat agraria yang diperlemah. Tapi ia justru membangun ulang Eropa Barat dengan kedermawanan Rencana Marshall, dan mengubah Jepang jadi model negara demokrasi. Ia memandang kemakmuran dan keberhasilan bekas-bekas musuhnya sebagai penjamin terbaik kedamaian, kemakmuran, dan kepemimpinan Amerika sendiri.

Itu salah satu tindakan kepentingan pribadi berihsan (enlightened self-interest) yang paling hebat dalam sejarah. Eropa dan Jepang mengalami boom. Begitupun perdagangan. Begitupun AS. Amerika menjadi pemimpin dunia bebas karena berbuat lebih dari sekadar mendahulukan Amerika.

Tn. Trump, seperti halnya orang-orang yang menciptakan tatanan global pimpinan Amerika pasca perang, menempatkan perdagangan di pusat pandangan keduniaannya. Tapi bukan perdagangan bebas. Dalam narasinya, kesepakatan mengandung satu pemenang dan satu pecundang. Ada orang yang digarong, dan ada orang yang untung besar. Ide bahwa perdagangan menyerupai permainan poker, di mana satu pemain memenangkan hasil taruhan dan orang lain pulang dengan dompet kosong, tampaknya menyusun hampir keseluruhan pandangan hubungan internasionalnya.

Dan meski dia tak pernah menyebut-nyebut Kanada, negara ini beresiko menjadi salah satu pion utama dalam panggung politik Tn. Trump.

Ekonomi Kanada sangat bergantung pada perdagangan, jauh melebihi AS. Dan kita lebih banyak berdagang dengan Amerika daripada dengan negara manapun. Industri-industri kita, dari minyak hingga produksi mobil, saling terhubung. Justru untuk mencapai itulah FTA dan NAFTA dirancang. Jikapun kita bukan sasaran utama pemerintahan Tn. Trump, kita terancam diserempet ketika kapal negara Amerika berbelok tajam.

“Amerika akan mulai menang lagi,” kata Tn. Trump dalam pelantikannya. “Menang tidak seperti yang sudah-sudah. Kita akan kembalikan lapangan kerja kita. Kita akan kembalikan perbatasan kita. Kita akan kembalikan kekayaan kita.”

Dalam narasi Presiden Trump, itu sama artinya mengambil “kembali” lapangan kerja dan kekayaan dari mitra-mitra dagang Amerika. China dan Meksiko adalah negara-negara yang paling sering dia sebut. Tapi ketika Tn. Trump memproklamirkan “dekrit baru”-nya, menjanjikan untuk terdengar “di setiap ibukota asing”, dia sedang melenguh lantang kepada para sekutu dan mitra dagang utama Amerika: Eropa, Jepang, Kanada.

Sosok yang tak sanggup bicara tidak baik tentang Vladimir Putin, antagonis sejati bagi kepentingan Amerika, sedang bersukaria mengancam perang dagang dengan teman-teman sejati Amerika. Jika pemerintahan Presiden Trump giat mengejar kebijakan Amerika Dulu, itu berarti tamatnya Abad Amerika, dan terbitnya sesuatu yang lebih gelap.

One thought on “Abad Amerika Segera Tamat

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.